Haul Mbah Kyai Soemoredjo, Eratkan Silaturahmi dan Warisan Spiritual Antar Warga
Kramat, Kudus – Masyarakat RW 4 Dukuh Kramat Besar, Desa Kramat, bersama warga sekitar Punden, berkumpul dalam suasana khidmat untuk mengikuti pengajian haul Mbah Kyai Soemoredjo pada Minggu (13/7), bertepatan dengan 17 Muharram 1447 H. Acara yang rutin digelar setiap tahun ini menjadi wujud kecintaan sekaligus penghormatan terhadap para leluhur, khususnya tokoh spiritual yang diyakini sebagai bagian penting dari sejarah terbentuknya Dukuh Kramat.
Sebelum puncak acara haul, pengajian umum, kegiatan ini didahului dengan serangkaian acara sebelumnya, yakni pembersihan punden dan penggantian kain luwur. Dalam sambutan panitia, yang dalam kesempatan ini diwakili oleh Wakil Ketua Panitia, Bapak Sensus Tulistyono. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan sepenggal cerita menarik tentang asal-usul lokasi punden makam Mbah Kyai Soemoredjo yang secara administratif masuk dalam peta Desa Barongan, namun secara historis dan emosional dirawat dan diuri-uri oleh masyarakat Desa Kramat.
“Kenapa yang menguri-uri malah orang Kramat? Kenapa pula disebut Kramat Kecil, bukan Barongan Kecil?” tanya beliau retoris, lalu menjelaskan bahwa dulu pernah ada juru kunci bernama Bu Sri yang menjadi rujukan informasi sejarah. Berdasarkan data dan peta Masjid Al-Karomah Kramat Gede, jika ditarik garis lurus, wilayah tersebut sejajar dengan Kramat Rejo, sehingga secara spiritual dan historis tetap terhubung ke Kramat. Bahkan sebelum adanya letter C (data administratif desa), pernah terjadi permintaan dari Kepala Desa Barongan kepada Kepala Desa Kramat untuk memasukkan wilayah tersebut ke dalam wilayah Barongan, yang kini dikenal sebagai Dukuh Kramat Kecil. Walaupun secara administratif demikian, keterlibatan masyarakat Kramat, baik besar maupun kecil, tetap erat dan menyatu dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, termasuk haul Mbah Kyai Soemoredjo.
Kepala Desa Kramat juga turut memberikan sambutan dalam kesempatan tersebut. Beliau menyampaikan permohonan maaf jika Pemerintah Desa belum maksimal dalam membantu pelaksanaan haul, namun beliau menegaskan rasa syukur dan apresiasi atas pelestarian tradisi ini. “Haul Mbah Soemoredjo merupakan bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada para leluhur, khususnya cikal bakal Desa Kramat. Tiap wilayah di desa ini punya sejarah sendiri, seperti halnya di RW 2 ada Mbah Melok. Para leluhur telah membangun desa ini dengan perjuangan, dan sebagai anak cucu, sudah seharusnya kita meneladani mereka,” ujar beliau.
Acara ditutup dengan mauidhoh hasanah oleh Bapak KH Mas'ud Alwie dari Kudus. Dalam ceramahnya, beliau menekankan pentingnya mencintai dan menghormati leluhur sebagai bagian dari akhlak Ahlussunnah wal Jamaah. Beliau juga mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga tradisi keagamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun sebagai pondasi moral dan spiritual dalam kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan haul ini bukan hanya menjadi pengingat akan jasa para leluhur, namun juga menjadi ajang mempererat silaturahmi lintas wilayah serta memperkuat nilai-nilai keagamaan di tengah masyarakat.